O R C A

Selamat datang di era ORCA. Dalam opininya di Kompas, A’a Effendi Ghazali menyebut ORCA sebagai Orde Capek Antri yang dicirikan dengan antrian panjang dimana-mana mulai dari beli minyak tanah, minyak goreng, gas, beras, pekerjaan, semuanya antri! Saya sih lebih suka menyebutnya Orde Capek Deh!

Entah siapa yang memulai, tapi ungkapan capek deh biasanya diikuti dengan gaya menempelkan punggung tangan yang terbuka di jidat, mirip gaya orang yang menghapus peluh di dahi. Biar lebih pas lagi diikuti dengan ekspresi wajah yang merupakan gabungan antara bosan, penat dan kesal. Silahkan coba sendiri! :)

Capek deh bukan sekedar ekspresi kepenatan biasa. Ia adalah ekspresi kepenatan yang sudah nyaris kronis atau istilahnya sudah sampai di ubun-ubun capeknya. Nah, ketika seseorang sudah sampai pada tingkat ini, meskipun ada yang tidak ambil perduli, tapi tidak sedikit yang lantas melawan. Capek gitu loh. Masa diam saja.

Tapi melawan, hei kawan-kawan, bukan hanya berarti memberontak apalagi bersikap anarki. Ketika kita sudah sampai di tahap capek deh, tidak sedikit yang kemudian melawan dengan tidak lagi memperdulikan saja si penyebab capek deh itu dan berusaha bangkit sendiri untuk memperbaiki keadaan.

Contoh..

Siapa yang tidak sebal melihat sosok yang mengaku wakil rakyat tapi ketimbang mengurusi rakyat malah sibuk mengurusi kehormatannya sendiri gara-gara merasa dipeloroti oleh sebuah lagu dari Slank. Rakyatpun bangkit mendukung pihak yang mereka anggap benar, mulai slankers di seluruh Indonesia bahkan luar, sampai ke ribuan pengacara yang siap pasang badan.

Kenapa bisa begitu? Capek deh lihat ulah si wakil kita itu.. Baru wakil saja sudah begitu :)

Siapa pula yang tidak penat melihat nyawa manusia bergelimpangan gara-gara kelaparan dan yang seharusnya bertanggung jawab hanya bisa bertindak dengan menyebar kata-kata “Ini bukan kelaparan, ini gizi buruk!”. Akhirnya tidak sedikit anggota masyarakat yang kemudian mengambil tindakan dengan cara menggerakkan sesama untuk saling bantu dengan berbagai macam cara dan kemampuan yang mereka miliki.

Kenapa mereka melakukannya? Capek deh mendengar omongan yang lebih banyak dari tindakan.

Terakhir, dan ini pastinya menarik. Akhir-akhir ini bermunculanlah kembali muka-muka lama yang mencalonkan diri sebagai pemimpin, entah di tingkat nasional maupun tingkat pilkada. Dengan kapasitas dan kemampuan yang terbukti telah membawa masyarakat sampai ke situasi seperti yang kita alami sekarang ini, kok ya mereka bisa dengan yakinnya mencalonkan diri kembali di berbagai posisi bahkan untuk posisi yang lebih rendah dari posisi yang pernah mereka pegang dulu sekalipun?

Nah, hebatnya, rakyat rupa-rupanya tidak lagi mau tinggal diam. Dimana-mana muncul tuntutan agar wajah-wajah baru lah yang harus mencalonkan diri sebagai pemimpin. Bahkan lebih dari sekedar menuntut, di beberapa pilkada, rakyat sudah bertindak langsung dengan tidak lagi memperdulikan muka-muka lama itu. Mau jendral kek, mau mantan preman kek, mau pengusaha kaya kek, mau mantan gubernur kek, masa bodoh! Sosok baru lah yang kemudian mereka angkat ramai-ramai ke tampuk kekuasaan.

Yang terjadi di Propinsi Jawa Barat dan juga sebelumnya di Kabupaten Tangerang menurut saya bukan kemenangan selebriti. Yang terjadi di Propinsi Sumatera Utara juga bukan kemenangan PKS. Itu adalah kemenangan rakyat! Kebetulan saja alternatif muka baru itu ada di PKS dan selebriti.

Kenapa rakyat jadi begitu? Karena mereka.. -mari kita jawab bersama.. satu.. dua.. tiga..!

CAPEK DEEEEEHHHH!!!!


0 komentar to "O R C A"

GUNTUR. Diberdayakan oleh Blogger.
Marhaban ya Ramadhan Marhaban Syahrusiyami Minal Aidzin walfaidzin Maaf Lahir Batin

About This Blog

Blog Archive

Web hosting for webmasters